Rabu, 10 April 2013

asuhan keperawatan trauma tajam: laporan pendahuluan trauma tajam

asuhan keperawatan trauma tajam: laporan pendahuluan trauma tajam: A.       DEFINISI TRAUMA TAJAM             Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.Trauma mata ...

laporan pendahuluan trauma tajam


A.      DEFINISI TRAUMA TAJAM
            Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaanbahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau traumamata
            Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun lambat
Trauma mata dapat dibagi maenjadi:
I. Trauma Mekanik:
1. Trauma tumpul (contusio oculi)
2. Trauma tajam (perforasi trauma)
II. Trauma Fisika
1. Trauma radiasi sinar inframerah
2. Trauma radiasi sinar ultraviolet
3. Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi

III. Trauma Kimia
1. Trauma asam
2. Trauma basa
            Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata
Trauma Tajam
Trauma tajam pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari palpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa..


B.      ANATOMI

 

C.     FISIOLOGI

Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1.    Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2.    Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah

3.    Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
·       Otot-otot penggerak bola mata
·       Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
·       Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing

4.    Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
·       Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
·       Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung

D.  ETIOLOGI
            Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
E.  MANISFESTASI KLINIS
            Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :
·         Tajam penglihatan yang menurun
·         Tekanan bola mata yang rendah
·         Bilik mata dangkal
·         Bentuk dan letak pupil yang berubah
·         Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
·         Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
·         Konjungtivis kemotis

F.                                       PATOFISIOLOGI
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
1.    Palpebra mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapatmenyebabkan suatu ptosis yang permanen
2.    Saluran Lakrimalis dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke ronggahidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
3.    Congjungtiva dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva
4.    Sklera bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dankamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringanbola mata, bola mata menjadi injury.
5.    Kornea bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi korneasebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
6.    Lensa bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan dayarefraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.
7.    Iris bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggirletaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga padadasar iris tempat iridodialisis.
8.    Pupil bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupilmenjadi midriasis

G.  KOMPLIKASI
Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan
a         Endoftalmitis
b        Panoftalmitis
c         ablasi retina
d        perdarahan intraokuler dan
e         ptisis bulbi.

H.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,terutama bila ada benda asing .
2.    Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,retina.
3.    Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organtersebut.Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata(normal 12-25 mmHg).Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,papiledema, retina hemoragi.Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.g.
4.    perlu pemeriksaan tonometri Schiotz
5.    perimetri
6.    gonioskopi
7.    tonografi,maupun funduskopi

I.     PENATALAKSANAAN
            Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan untuk kegiatan pembedahan. Pasien juga diberi antitetanus provilaksis, dan kalau perlu penenang. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata.
            Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan dan segera dikirim kedokter mata. Benda asing yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan dengan mengunakanmagnet raksasa. Benda yang tidak magnetic dikeluarkan dengan vitrektomi. Penyulit yangdapat timbul karena terdapatnya benda asing intraokular adalah indoftalmitis,panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi.
            Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I.     PENGKAJIAN
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
a. Bagaimana terjadinya trauma mata
 Tanggal, waktu dan lokasi kejadian trauma perlu dicatat. Hal ini perlu untuk mengetahui apakah trauma ini terjadi pada waktu seseorang sedang melakukan pekerjaan sehari-hari. Perlu juga ditanyakan apakah alat-alat yang digunakan waktu terjadi trauma, apakah penderita waktu menggunakan kacamata pelindung atau tidak, kalau seandainya memakai kacamata, apakah kacamata itu turut pecah sewaktu terjadinya trauma.
b. Menentukan obyek penyebab trauma mata.
     Menanyakan secara terperinci komposisi alat sewaktu terjadinya trauma. Apakah alat berupa paku, pecahan besi, kawat, pisau, jenis kayu, bambo dll. Perlu juga ditanyakan apakah alat tersebut berupa benda tajam atau tumpul, atau ada kemungkinan bercampurnya dengan debu dan kotoran lain.
c. Menentukan lokasi kerusakan intra okuler.
Untuk menentukan lokasi kerusakan pada mata, perlu diketahui jarak dan arah penyebabnya trauma mata, posisi kepala, dan arah penderita melihat pada waktu terjadi trauma.
d. Menetukan kesanggupan sebelum trauma.
Pada pengkajian ditanyakan apakah ada penyakit mata sebelumnya, atau operasi mata sebelum terjadi trauma pada kedua matanya. Perlu ditanyakan apakah perubahan visus terjadi secara tiba-tiba atau secara berangsur-angsur sebagai akibat ablasio retina, atau vitrium hemorrage.



   II.          DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.    Ansietas  b/d  faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: adanya nyeri;kemungkinan /kenyataan kehilangan penglihatan. Kemungkinan dibuktikan oleh: ketakutan, ragu-ragu.menyatakan masalah perubahan hidup.

Dengan kriteria hasil yang diharapkan

Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

Tindakan / Intervensi

·         Kaji tingkat ansetas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
·         Berikan informasi yang akurat dan jujur.
·         Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. Identifikasi sumber / orang yang menolong.

2.    Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.

     Kemungkinan dibuktikan oleh: menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan. Perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi – pasien akan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Tindakan / Intevensi

Mandiri
·           Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
·           Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
·           Observasi tanda – tanda dan gejala-gejala disorientasi: pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestasia.
·           Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang tedekat tinggal dengan pasien.
·           Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimanan dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

3.    Resiko tinggi terhadap infeksi b/d Prosedur invasif
Kemungkinan dibuktikan oleh : [tidak diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual]
Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria Evaluasi Pasien Akan :
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
Tindakan/intervensi:
·           Kaji tanda-tanda infeksi
·           Berikan therapi sesuai program dokter  
·           Anjurkan penderita istirahat untuk mengurangi gerakan mata
·           Berikan makanan yang seimbang untuk mempercepat penyembuhan

Mandiri
·           Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
·           Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan.
·           Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.






DAFTAR PUSTAKA


 Prof.Dr.Sidarta Ilyas .  Penuntun ilmu penyakit mata.  Jakarta; FK UI. 1993
 Dr.Waliban. Dr Bondan Hariono.  Oftalmologi Umum Jilid Satu Edisi 11; Jakarta 1992
 Drs Med  Parmono. Diagnosa Pengelolaan dan Prognosa Trauma Tembus pada Mata, Jakarta; EGC. 1987
 Marilynn E. Doenges,Mary Frances Moorhous,Alice C . Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan  Edisi 3 ,Cetakan I: Jakarta. EGC 2000